Kamis, 18 Juni 2020

sejarah tradisi Islam Nusantara

A.      RINGKASAN MATERI

 

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddhaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Jadi kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, di dalamnya terdapat pengetahuan / pemikiran, kepercayaan / religi, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang.

Seni atau kesenian termasuk bagian dari kebudayaan. Diantara perwujudan kebudayaan yang lain adalah pola pikir dan perilaku manusia, bahasa, peralatan hidup dan organisasi sosial yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan masyarakat.

Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan masyarakat. Adapun tradisi Islam adalah suatu adat kebiasaan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai agama Islam.

Tidak dapat dipungkiri bahwa seni dan kebudayaan Islam yang berkembang di seluruh kepulauan Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan yang sudah lama berada di kesukuan tersebut. Selain itu kebudayaan Islam di Indonesia berkembang setelah terjadi akulturasi (percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan mempengaruhi) dengan kebudayaan yang ada pada saat itu. Hal ini dikarenakan dalam proses penyebaran agama Islam menggunakan cara pendekatan sosial budaya. Unsur budaya setempat seperti tulisan, bahasa, arsitektur, dan kesenian yang bernilai Islami juga dilakukan oleh para muballigh dalam menyebarkan agama Islam di kepulauan Indonesia, seperti di Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

 

        Di antara seni budaya lokal yang merupakan tradisi Islam adalah sebagai berikut :

 

  1. Upacara Grebeg, yaitu menggiring raja pembesar atau pengantin, seperti yang terjadi di Yogyakarta, Demak, Surakarta, dan Cirebon.

Grebeg dalam satu tahun biasanya diadakan tiga kali seperti yang terjadi di kesultanan Yogyakarta;

a.       Grebeg Poso/Syawal/Bakdo yang diadakan setiap tanggal 1 Syawal (Idul Fitri)

b.       Grebeg Besar setiap tanggal 10 Dzulhijjah

c.       Grebeg Mulud setiap tanggal 12 Robiul Awal

  1. Gamelan sekaten; yaitu membunyikan musik gamelan (gending jawa) yang setiap baitnya diselingi ucapan dua kalimat syahadat (syahadatain) sehingga musik gamelan yang mengiringinya dikenal dengan istilah sekaten. Gamelan pertama kali dibawakan oleh Sunan Bonang.
  2. Perhitungan Tahun Caka (saka), yaitu perhitungan waktu dengan menggunakan sistem penanggalan (angka) menurut saka. Tahun saka dihitung menurut perputaran Matahari. Jumlah hari dalam sebulan ada 30, 31, 32, atau 33 pada bulan terakhir (bulan Saddha). Hal ini berkembang di Jawa sejak abad ke 8 M oleh kerajaan-kerajaan Hindu Jawa. Setelah datangnya Islam pada abad ke 16 M, kerajaan-kerajaan Jawa menggunakan perhitungan mengikuti perputaran bulan (Qomariyah), jumlah hari dalam sebulan ada 29 atau 30 hari.
  3. Pesta Tabuk, yaitu suatu pertunjukan berbentuk prosesi benda ritual yang dinamakan tabuk. Upacara ini bertujuan memperingati gugurnya pahlawan Islam yang bernama Husein bin Ali (cucu Nabi Muhammad SAW) yang gugur pada saat mempertahankan haknya sebagai pewaris tahta khalifah syiah yang direbut oleh raja Yazid dari Bani Umayyah.
  4. Panah Kalimasada, yaitu media dakwah Sunan Kalijaga yang berisi kalimat syahadat sebagai ajaran tauhid-Islam. Dalam cerita pewayangan tokoh teladannya adalah Puntadewa yang berhati bersih dan suci.
  5. Niticruti, Nitisastra, dan Astabrata, yaitu karya sastra Jawa berbentuk pantun yang berisi tentang nasehat atau akhlak yang baik. Diantara contoh nasehat tersebut terdapat dalam lagu dandang gulo yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga.
  6. Kesenian-kesenian Tradisional, seperti gambang kromong, dan orkes gambun dari Betawi.

 

Selain kesenian yang menjadi peninggalan sejarah, bangunan masjid yang juga merupakan budaya Islam yaitu ; Masjid Baiturrahman Banda Aceh, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Demak, dll.

Tradisi merupakan bagian dari hasanah budaya bangsa yang hendaknya kita lestarikan selama tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Bercampurnya ajaran Islam dengan adat istiadat banyak kita jumpai dalam acara pelaksanaan perkawinan dan upacara kematian khususnya di Jawa.

 

a.       Acara Perkawinan

v  upacara saweran, menginjak telor

v  walimah, do’a, selamatan, sepasaran, dan selapanan

 

b.       upacara kematian

v  memandikan, mengafani, menyolatkan, dan memakamkan

v  Talqin setelah pemakaman

v  Tahlilan, dan selamatan 7 hari, 40 hari, dan 100 hari bahkan 1000 harinya.

 

B.      KEGIATAN PEMBELAJARAN

 

  1. Membaca ayat-ayat pilihan kurang lebih 5 – 10 menit.
  2. Guru memberikan pokok-pokok materi dalam bentuk peta konsep tentang sejarah perkembangan tradisi Islam di Nusantara.
  3. Kelas di bagi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok membahas topik yang berbeda sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
  4. Selesai kerja kelompok, siswa diwakili juru bicaranya untuk mempresentasikan di depan kelas.
  5. Guru memberikan penilaian sesuai dengan format yang sudah ditentukan.
  6. Guru memberikan refleksi dan penguatan pada materi yang dianggap esensial.
Bersama-sama siswa Guru menutup pelajaran dengan berdo’a

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts